Rabu, 18 September 2013

Gresik dalam kacamata sejarah

kuliah di PWK itu penuh dengan jalan-jalan. ya.. memang sangat sarat dengan jalan-jalan. kali ini saya sedikit keluar dari ibu kota tepatnya di Gresik.. karena kebetulan harus ke suatu tempat dengan konsep cagar budaya, akhirnya sampailah saya di suatu tempat bernama kampung Kemasan. awal masuk langsung disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa membahana seperti layaknya saya.. hhahaha.. akses masuk ke kampung kemasan itu saya melihat sebuah rumah dengan arsitektur yang keren bingit. menurut info dari salah satu dosen saya, arsitekturnya bergaya cina-eropa.
rumah yang saya liahat itu bernama Gajah Mungkur. kenapa disebut gajah mungkur karena di depan rumah itu ada patung gajah yang menghadap membelakangi jalan. dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan mungkur.
setelah itu masuklah saya ke 'the real story of urban heritage' versi saya. ya,.. kampung kemasan. sebelumnya saya mau kasih spoiler dulu untuk penamkannya





menurut saya sih beberapa foto yang saya ambil itu INDAH banget.. hhehehe.. gaya bangunannya asik ditambah dengan aksen pintu depan it bikin rumahnya jadi menawan. dari sini kita bisa lihat kalau emang bangunan semacam ini kalo dijaga bener-bener tuh hasilnya bakal eksotis gitu.. 
ngemeng-ngemeng masalah cagar budaya, di PWK pun dibahas juga ternyata masalah itu. kawasan cagar budaya atau bahasa gaulnya disebut urban heritage ini juga merupakan bagian yang tidak bisa terlepaskan dari segi tata kota. bangunan seperti inilah awal mula dari terbentuknya kota itu sendiri. semakin berkembangnya kota, kadang bangunan seperti ini sudah bukan lagi jadi konsentrasi publik. 
waktu saya bertandang ke kampung ini 'isi'nya 70% adalah masyarakat manula. mereka banyak bercerita bahwa mereka tinggal hanya dengan suaminya. para anaknya sudah banyak meninggalkan kampung kemasan ini dan mencari penghidupan di tempat lain. 
kalau dari kacamata saya, sebenrnya dengan keadaan kampung kemasan yang sepi ini malah jadi daya tarik tersendiri. kenapa? SUASANANYA BEDA!! 
kampungnya tenang, nggak banyak hiruk pikuk, bener kayak balik ke masa 60an. 
yang uniknya lagi di kampung ini adalah, di dalam setiap rumah ada sebuah pintu yang menghubungkan rumah satu dengan rumah lain. dan pintu itu ada di setiap rumah. fungsi dari pintu itu adalah untuk bertamu ke tetangga. jadi ceritanya jaman dulu para masyarakat kampung kemasan, ketika selesai magrib wanita dilarang untuk keluar rumah. dari situ mereka mengalami kesulitan untuk berkomunikasi alias ngrumpi bareng tetangga, hal itu juga menyulitkan para wanita ketika memasak. 
Lah.. kok bisa?? bisa dong. soalnya ketika mereka memasak dan kekurangan bumbu, sedangkan aturannya dilarang keluar rumah kan jadi 'fail' gituh masakannya. akhirnya pintu itu tercipta. sampai sekarang pintu itu masih ada dan masih berfungsi dengan baik.. 

sampai sekarang kampung kemasan punya memori tersendiri untuk saya.. 


Minggu, 15 September 2013

SOE-RA-BA-JA

about environment that we talked earlier, saya punya beberapa arsip jalan-jalan saya mengenal ibukota Jawa Timur ini.
foto di atas diambil di salah satu sudut ibu kota Jawa Timur. Oke.. terbaca maksud saya dari foto tersebut?? 
satu lagi, salah satu sudut Kota Surabaya yang sempat tertangkap kamera saya.. 
Ya. ini adalah secuil keadaan Kota Surabaya. kota metropolitan, pusat perkembangan ekonomi Jawa Timur. miris? malu? kalo saya sih nggak.. cuma kadang mikir aja.. apa nggak risih ya liat itu sampah ada di sungai yang letaknya 3 meter di depan rumah kita. jujur nih, pas waktu saya lewat di daerah situ, wadduh, baunya mak sreng. 
masalah yang sering terjadi di Indonesia mengenai air adalah BANJIR. yang paling sering banjir? jelas jawaban pertama adalah JAKARTA. Surabaya gimana?? SUDAH MULAI.
kok bisa?? ya bisa aja, karena dilansir dari (asseekkk ..) http://www.tribunnews.com/tribunners/2010/12/06/banjir-surabaya-akibat-sistem-drainase-mampet , menyebutkan bahwa banjirya surabaya disebabkan oleh banyaknya drainase yang berubah fungsi jadi tempat sampah instan yang lama kelamaan jadi bom waktu, dan meledak menjadi musibah, dn yang disalahin lagi-lagi adalah???? pemerintah.
saya bukannya membela salah satu pihak. saya pro rakyat. tapi kalo rakyat sendiri yang jadi penyebab dari masalah kayak ginian yaaa, maap-maap aja.. 
fiuh... it is about us.. how we can solve this problem? GAMPANG BINGIIDDHHHH.
TIPS DARI SAYA (agak sotoy sih yaa)
1. mulai hidup seimbang dengan alam
ini bumi rumah kita. dimana lagi kita tinggal kalo nggak di bumi? mw di mars?? punya duit emang buat terbang ke sana? sebenernya ini juga salah satu jawaban tentang pertanyaan saya selama kuliah 4 tahun di PWK ITS SURABAYA (hahahahha.. promosi). ya.. memang ini rumah kita. semua yang ada di Bumi ini saudara kita. yang selalu hidup berdampingan dengan kita. kenapa harus mengotori rumah sendiri ketika tidak mau menerima resiko? 
2. start from our self
oke.. rumah kita kotor? trus kita musti apa dong?? jawaban paling pas yang mustinya keluar dari mulut kita adalah MEMBERSIHKAN. betul tidak? 
3 start from the tiny things 
yang pernah sekolah TK pasti masih inget dong kalo bu gurunya tanya "buang sampah harus di???"

tulisan tentang suatu negara bernama........

Pernah mikir nggak sih kalau  tempat tinggal yang kita tempati di Indonesia ini akan jadi sebuah negara besar dengan kota-kota besar yang kualitasnya ajib, maknyus bin sentosa?? Saya pernah membayangkan. Mau keluar rumah nggak takut asap kendaraan dan sinar UV yang notabene banyak ditakuti sama para kaum hawa yang memperhatikan kesehatan kulit (macam saya), mau olahraga nggak harus ke tempat gym yang bayar bulanannya mahal banget, mau makan nggak harus ‘berbagi’ sama lalat. Itu sebagian mini bayangan saya tentang kota yang berkualitas dan maknyus gilee.. ya.. orang akan mempunyai banyak pandangan sendiri tentang bagaimana kota yang ideal untuk dirinya..
Tapi bung, maaf ini dunia, bukan surga. Apa yang kita pingin nggak bisa langsung ‘mak cling’ di depan kita. Dan mungkin saya harus mengingatkan lagi kepada anda-anda semua bahwa seharusnya seumuran kita ini sudah waktunya untuk punya mental dewasa yang jadi tukang analisis segala masalah yang ada, bukan mental anak2 yang kemuannya harus dituruti seketika itu juga, tanpa mau tau keadaan di sekitarnya kayak apa, atau mental orang tua yang selalu berhati-hati dan selalu ngelarang2 sama apa yang kita bakal lakukan.. catet yaa.. mental dewasa. Stop deh ngomongin mental2an.
Back to our journey in this section. Ngomogin masalah kota idaman, yep, itu bukan hal yang mudah untuk dibicarakan, perlu banyak analisis, mulai dari analisis masalah, analisis kebijakan, analisis ini itu yang nggak mungkin orang awam (apalagi saya) bisa mencerna dengan baik, sehat dan walafiat.
Dengan adanya pemikiran mengenai kota ideal untuk ditempati oleh manusia dan makhluk ciptaan tuhan (baik yang seksi maupun yang nggak terlalu seksi-seksi banget) tinggal di dunia, kita setuju dong bahwa ketika kita memikirkan sebuah kota, maka kita juga harus memikirkan apa isi dari kota itu. Yang paling jelas isinya otomatiis manusia, hewan dan tumbuhan. Nggak akan pernah mungkin kita bisa hidup tanpa adanya 2 makhluk tuhan itu. So satu kesimpulan yang bisa diambil adalah dalam sebuah kota harus memperhatikan lingkungan.
Next ngemeng-ngemeng masalah lingkungan, tau nggak sih negara atau kota yang ramah lingkungan? Dikutip dari mediaonlinenews.com (ceileeh) ada sepuluh negara yang paling ramah lingkungan di dunia urutan pertama adalah Jerman.
Kenapa Jerman dinobatkan menjadi negara paling ramah lingkungan? Karenaaaa Jerman memiliki lebih dari setengah pembangkit listrik tenaga surya di dunia dan telan menginvestasikan lebih dari $14 milyar pada tahun 2008 dalam hal grren technology. Bahkan salah satu kotanya, Vauban, hampir tidak ada mobil sama sekali yang beroperasi. Wow, itu impian saya sekali. Udara yang sejuk serta pemandangan kota tua yang asri dengan gaya-gaya vintage gitu, tempat yang cocok banget buat foto.
Next negara yang kedua adalah Norwegia. Kenapa? Karena Norwegia mempunyai produksi panel surya terbesar di dunia dan punya penjara ramah lingkungan pertama di dunia dengan nama “Baston Prison”, dan kayaknya di sana nggak ada penjara dengan ruang khusus kayak yang digosipkan di Indonesia, Upps.
Selanjutnya ada Swiss. Ah.. negara impian saya. Swiss setidaknya telah menduduki seenggaknya dua daftar negara ramah lingkungan dalam beberapa universitas di Amerika. Kok bisa ya mereka gitu? Mereka gitu karena mereka mnerapkan biaya tinggi untuk air dan pengelolaan sampah. Bukan cuman itu, mereka juga menerapkan pajak untuk lingkungan dngan nilai yang tinggi. Pantes aja mereka sangan menghormati air dan kebersihan lingkungan. Dengan mereka menetapkan sistem tersebut, swiss juga menjadi pemimpin untuk negara dengan tingkat polusi udara dan air yang terendah di dunia.

Udah tiga negara aja udah wow banget rasanya ngomongin masalah lingkungan di suatu negara. Bagaimana di Indonesia?